
https://venom128.web.id/ – Takhta Indonesia Open tak cuma milik negara-negara tradisional di bulu tangkis. Lima belas tahun yang lalu, kesuksesan diraih oleh negara yang sekarang tidak akan terpikirkan bisa punya pebulu tangkis juara.
Bicara Polandia, sebagian masyarakat Tanah Air mungkin lebih kenal dengan tim nasional sepak bolanya yang diperkuat striker FC Barcelona, Robert Lewandowski.
Meski demikian, bagi mereka yang pernah hadir di Istora Senayan pada 27 Juni 2010, minimal tahu ada Robert lainnya dari negara berbendera Putih Merah itu yang bisa menjadi juara di jagat bulu tangkis.
Adalah Robert Mateusiak yang bersama Nadiezda Zieba menjadi satu-satunya juara Indonesia Open asal Polandia.
Pada final Indonesia Open 2010, Robert Mateusiak/Nadiezda Zieba mengalahkan wakil Indonesia, Hendra Setiawan, yang tampil bersama pemain Rusia, Anastasia Russkikh.
Hendra/Russkikh langsung tertinggal di awal pertandingan dengan 3-6 lalu 8-11. Russkikh tampak tegang hingga membuat kesalahan mudah saat hendak menyambar bola tanggung di depan net.
Adapun Mateusiak/Zieba tampak rileks. Maklum, mereka bukan kuda hitam apalagi underdog berkat status pasangan peringkat lima dunia dan unggulan ketiga di ajang Super Series ini.
Istora pun tidak lagi mengerikan bagi mantan pasangan nomor satu dunia tersebut kendati menjadi musuh bagi ribuan orang yang mendukung Hendra dan Russkikh.
Mereka lebih dahulu menyingkirkan dua wakil Tanah Air, Fran Kurniawan/Pia Zebadiah Bernadeth di 8 besar (16-21, 23-21, 21-15) dan Nova Widianto/Liliyana Natsir selaku unggulan teratas di semifinal (21-12, 16-21, 21-19).
Hendra yang saat itu masih berumur 25 tahun tetapi sudah menjadi peraih emas Olimpiade, juga tampak belum menemukan sentuhan terbaik karena kondisi angin.
Kesalahan-kesalahan lawan memberi kesempatan bagi Hendra/Zieba untuk mendekat dari 12-17 menjadi 18-19. Smes Hendra ke Zieba membuat penonton makin beringas.
Gim pertama tetap menjadi milik Mateusiak/Zieba dengan skor 21-18. Mateusiak (34 tahun kala itu) menantang penonton dengan mengepalkan tangan lalu menunjuk ke tribune.
Mateusiak masih meladeni cemoohan penonton pada awal gim kedua sampai diperingatkan wasit. Fokus lawan yang terganggu memberi Hendra/Russkikh angin untuk unggul 7-5.
Hendra dan Russkikh, yang baru bertanding bersama 12 hari sebelum Indonesia Open 2010, menemukan ritme mereka. Russkikh lebih percaya diri di depan sedangkan Hendra aktif di belakang.
Laga dihentikan sesaat setelah Zieba terpeleset saat hendak mengantisipasi drop shot Hendra yang keluar. Hendra membayar kesalahan dengan drop shot ciamik untuk menjauh lagi di 8-6.
Unggul 11-9 di interval, Hendra/Russkikh berbalik tertinggal 11-13. Pasangan gado-gado menolak untuk menyerah dengan memimpin lagi di 15-14 lalu 17-15.
Laga kian dramatis saat servis Zieba dinyatakan fault dan skor berubah menjadi 16-18 sehingga Mateusiak melakukan protes cukup keras ke wasit.
Mateusiak/Zieba terus menekan sampai menyamakan skor di 18-18. Mereka tampil lebih dinamis dalam rotasi. Net silang Russkikh terbaca Zieba yang menyambarnya ke arah Hendra untuk 19-18.
Championship point didapat Mateusiak/Zieba di 20-18. Penonton bergemuruh lagi saat Mateusiak dan Zieba bergantian mati sendiri dalam servis dan pengembalian sehingga deuce.
Keuntungan didapat pasangan tamu saat servis lob Russkikh keluar. Di championship point ke-3, duet tamu berhasil dengan smes silang Mateusiak yang gagal diantisipasi Hendra.
Ini menjadi gelar kedua Mateusiak/Zieba di ajang Super Series. Gelar pertama mereka juga didapat setelah mengalahkan jawara Tanah Air lain yaitu Nova/Liliyana di Hong Kong Open 2009.
Trofi terakhir mereka di level Grand Prix Gold (sekarang setara Super 300) pada Bitburger Open 2015 juga diraih dengan terlebih dahulu menyingkirkan unggulan asal Indonesia.
Mateusiak/Zieba mengalahkan Praveen Jordan/Debby Susanto sebagai unggulan kedua di perempat final sebelum mengalahkan jawara Inggris, Chris Adcock/Gabrielle Adcock, di final.
Mereka membuat kejutan sekali lagi di Olimpiade Rio 2016 dengan lolos ke perempat final sebagai juara grup berkat 2 kemenangan dari 3 laga.
Padahal Mateusiak saat itu sudah berusia 40 tahun sedangkan Zieba sudah berumur 32 tahun. Kalau Indonesia punya The Daddies, Polandia punya duet Daddy dan Mommy meski keduanya bukan pasutri.
Salah satu kemenangan diraih atas juara Indonesia Open 2015, Xu Chen/Ma Jin (China), yang membuat mereka unggul head-to-head di klasemen akhir fase grup.
Hasil itu sekaligus membalas kekalahan pahit atas Xu/Ma di perempat final Olimpiade London 2012 ketika Mateusiak/Zieba kalah setelah sempat mencatat match point.
Sayangnya, mereka lagi-lagi tak bersahabat di 8 besar setelah dikalahkan Chan Peng Son/Goh Liu Ying (Malaysia) yang ending-nya juga merebut perak seperti Xu/Ma pada 2012.
Penerus Mateusiak/Zieba hadir di Indonesia Open 2025 kendati di sektor ganda putri.
Pasangan peringkat 41 dunia, Paulina Hankiewicz/Kornelia Marczak, dipertemukan lagi dengan wakil Indonesia, Febriana Dwipuji Kusuma/Amallia Cahaya Pratiwi.
Kedua pasangan sudah pernah bersua di Istora, tepatnya di babak kedua Indonesia Masters 2025 dengan kemenangan 21-8, 21-8 bagi Ana/Tiwi.
Pola omega89 ini harus dicoba sih, gokil!
Slot makin asyik kalau ngerti timing dari omega89
Hey there!
Welcome to Moviezhive.com, where blockbuster entertainment is just a click away!
Stream a vast collection of Bollywood, Hollywood, and international movies for free—no subscriptions, no hassles.
What Makes Us Special?
✔️ Thousands of movies across all genres
✔️ Zero pop-up ads for seamless viewing
✔️ Advanced zero-buffering tech for smooth playback
✔️ Fresh titles added regularly
Can’t find a movie? Request it, and we’ll upload it fast!
Watch anytime, anywhere. Visit https://moviezhive.com now and start your movie adventure!
Enjoy the Show,
The Moviezhive Team